MODUL BAHASA ARAB
اللغة العربية
SMK AL IKHWANIYAH
KLS XI
PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan Bahasa yang
digunakan secara luas di planet ini, digunakan sebagai Bahasa utama oleh lebih
dari 200 juta orang di 22 negara. Bahasa ini juga merupakan bahasa kedua di
Negara-negara Islam karena dianggap sebagai bahasa spiritual Islam; salah satu
agama besar dunia yang dianut lebih dari 1 Milyar orang. Bahasa Arab juga sudah
menjadi bahasa tetap / resmi di Organisasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Pendidikan bahasa Arab di
Indonesia sudah diajarkan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Secara
teoritis, paling tidak ada empat orientasi pendidikan bahasa Arab tersebut,
yaitu (1) Orientasi religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami
dan memahamkan ajaran Islam; (2) Orientasi akademis, yaitu belajar bahasa Arab
untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa Arab yang
menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus
dikuasai secara akademik; (3) Orientasi professional; dan (4) Orientasi
ideologis dan ekonomis.
Yang dimaksud dengan orientasi
professional adalah belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, praktis atau
pragmatis seperti belajar berkomunikasi lisan dalam bahasa Arab untuk bisa
menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau untuk melanjutkan studi di
salah satu Negara Timur Tengah. Sedangkan orientasi ideologis dan ekonomis
adalah belajar bahasa Arab untuk kepentingan orientalisme, kapitalisme, atau
imperialism. Orientasi ini terlihat dari dibukanya beberapa lembaga kursus
bahasa Arab di Negara-negara Barat.
Mempelajari Bahasa Arab bagi
orang Indonesia (baca: kaum muslimin) pada umumnya mempunyai kepentingan ganda.
Pertama, penting bagi mereka yang ingin memperoleh kemudahan dan kesuksesan
dalam usahanya mencari ilmu dan nafkah. Kedua, penting bagi kita semua dalam
kaitannya dengan keharusan untuk dapat menjalankan perintah agama dengan
sempurna. Yang terakhir ini perlu diberi penekanan khusus mengingat
kenyataannya ada sejumlah kewajiban syariat yang hanya dapat dipenuhi secara
sempurna apabila kita memahami Bahasa Arab.
penulis
Subhan Al Afghani,S.S
A. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
B. Deskripsi
Modul ini adalah modul
pembelajaran Bahasa Arab yang disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik di SMK AL Ikhwaniyah. Di dalamnya disajikan sejumlah materi untuk
membantu siswa kelas XI mempelajari
Empat macam standar kompetensi yang harus dikuasainya selama semester
ganjil sesuai dengan K13 SMK AL Ikhwaniyah. Empat Standar Kompetensi tersebut dituangkan dalam
Empat kegiatan pembelajaran yaitu yang berkaitan dengan (1) Mulahadzat),
(2) Taqdim al ara), (3) al kafaah, al
irodah dan istidzan , (4) fi’il Amr
& Fi’il nahyi
Dengan mempelajari Modul ini
diharapkan peserta didik dapat lebih memahami konsep-konsep tentang Mulahadzat), Taqdim al ara), al kafaah, al irodah dan
istidzan , fi’il Amr & Fi’il nahyi. Sehingga
dapat berkomunikasi dengan Bahasa Arab baik secara lisan maupun secara
tertulis. Hal ini sangat bermanfaat jika pada suatu saat nanti peserta didik
harus berkomunikasi dengan orang berbahasa arab . selain itu kompetensi Bahasa
Arab ini juga akan memberi manfaat bagi peserta didik dalam upaya
menyempurnakan pelaksanaan kewajiban agama yang membutuhkan pemahaman terhadap
Bahasa Arab.
C. Waktu
Adapun waktu yang dibutuhkan
untuk mempelajari seluruh bahan ajar dan menguasai semua kompetensi yang ada di modul ini adalah selama 1 (satu) semester dengan alokasi waktu
minimal 36 jam ( 18 X pertemuan; @ 2 jam ).
D. Prasyarat
Pada dasarnya tidak ada
kemampuan khusus yang menjadi prasyrat untuk bisa mempelajari modul ini. Akan
tetapi sebaiknya setiap peserta didik yang hendak mempelajari modul ini sudah
memiliki bekal berupa kemampuan baca tulis Al-quran (Huruf Hijjaiyah), karena
huruf yang dipergunakan dalam Bahasa Arab ini akan sering di jumpai dalam modul
ini.
E. Petunjuk penggunaan Modul
Agar memperoleh hasil yang
optimal dan dapat menguasai kompetensi yang diharapkan, maka setiap peserta
didik diharapkan memperhatikan petunjuk dan langkah – langkah berikut ini :
1. Bacalah terlebih dahulu tujuan
kegiatan belajar yang tertera pada awal setiap kegiatan pembelajaran.
2. Cermatilah dengan seksama contoh
materi kajian yang ada pada uraian materi dan buku – buku acuan dari tiap
kegiatan pembelajaran sampai mencapai tingkat pemahaman yang optimal.
3. Kerjakan tugas – tugas yang
diperintahkan di setiap kegiatan pembelajaran pada lembaran kerja yang anda
sediakan sendiri.
4. Kerjakan latihan atau tes yang
terdapat pada bagian akhir setiap kegiatan pembelajaran dengan sejujur –
jujurnya, kemudian minta bantuan guru untuk mengoreksi dan memberikan
penilaian.
5. Apabila dalam mempelajari materi
pembelajaran dan mengerjakan latihan terdapat kesulitan, peserta didik
hendaknya mendiskusikan dengan teman atau guru pada saat pembelajaran atau
tatap muka. Apabila tidak dijumpai kesulitan dan hasil yang dicapai sudah
sesuai dengan target ketuntasan kompetensi peserta didik dapat mempelajari
kompetensi pembelajaran tersebut.
6. Bila hasil yang dicapai belum sesuai
target ketuntasan kompetensi, maka adakan remedy atau diskusi dengan teman atau
menanyakan pada guru pada saat tatap
muka, sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan target ketuntasan kompetensi.
Disamping itu diharapkan pula
agar guru berperan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peran guru adalah
sebagai berikut :
1. Membantu peserta didik dalam
merencanakan proses belajar.
2. Mmembimbing peserta didik melakukan
kegiatan pembelajaran.
3. Membantu peserta didik dalam memahami
konsep-konsep baru dan menjawab pertanyaan mereka mengenai proses belajar.
4. Mengorganisasikan kegiatan belajar
kelompok jika diperlukan.
5. Melaksanakan penilaian.
6. Menjelaskan kepada peserta didik
mengenai bagian yang perlu untuk dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran
selanjutnya.
7. Mencatat pencapaian kemajuan peserta
didik.
F. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul
Bahasa Arab 1A ini diharapkan peserta didik dapat :
1. Mampu membaca Al Qur’an dan tulisan
arab dengan baik dan benar
2. Berkomunikasi lisan dan tertulis
dengan menggunakan Bahasa Arab
3. Mampu mengungkapkan pujian, pendapat,
izin dalam bahasa arab
4. Dapat memeritah da melarag dega bahsa
arab
G. Cek
Kemampuan
Berilah tanda centang (√) apabila Anda telah menguasai criteria kinerja
berikut ini :
PELAJARAN
KE 1
Mengemukaka tindak
tutur untuk meminta perhatian (mulahdzat), mengecek pemahaman (isti’ab)dan
meghargai kinerja yang baik (tamdih)
1. Mengemukaka tindak tutur untuk meminta perhatian ( Mulahadzat / مُلاَحَظَةً)
أُنْظُرْ
(اُنْظُرْ إِلَىَ ) Perhatikan
إِسْتَمِعُ جَيِّدًا degarkan baik baik
إِسْمَعُ وَلَاحِظُوْا degar dan perhatikan
اُسْكُنُ لَحْظَةً diam sebentar
لأ تَتَكَلّمُوْا jagan bicara
لوْسَمِحْتَ.... tolong
لَوْسَمِحْتَ كَرِرْ مَرَّةً أُخْراَ tolong ulag lagi
لَا تَمْزَحْ هُنَا jangan bercada di sini
لَا تَعْمَلِ الضَوْ ضَاء
jangan gaduh
إِسْتَمِعُوْ جَيِّدًا أَيُّهَأ
الإخْوَة وَالْأخْوَات
2.
Mengecek pemahaman ( إِسْتِعَاب)
أَليْسَ
كَذَلِكْ bukakah
begitu
اَلَا
.... bukakah
أَلاَ
تُحِبُ أُسْرَتُكَ؟ bukakah
kamu suka keluargamu?
كَيْفَ
رَأْ يُكَ؟ bagaimana
pedapatmu?
مَارَأْيُكَ
؟ apa
pedapatmu
فَحِمْتُمْ
؟ megertikah
Cotoh:
أُسْرَتِىْ
أُسْرَةٌ كَبِيْرَةٌ وَ سَعِيْدَةٌ . أَلَيْسَ كَذَلِكْ؟ نَعَمْ
3.
Menyatakan
ugkapan sederhana megahargai kierja / memuji (( تَمْدِيْحْ
)الْمَدْحُ Pujian (
Semua
pujia haya milik Allah sehigga tatkala kita dipuji ucapkan ‘alhamdulillah”
Kata
kata pujia yag biasa di ucapkan sebagai berikut
الحمدُ
لله
سُبْحَانَ
الله
مَاشَاءَ
الله
1) أ :
أَحْسَنْتَ
ahsant
Baik
sekali!
2) ب :
أَحْسَنَ اللّٰهُ إِلَيْكَ
ahsanaLlāh ilayk
Semoga
Allah memberi Engkau kebaikan.
3) أ :
مُبَارَكٌ
mubārak
Selamat!
Semoga berkah
4) ب :
بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكَ
bārakaLlāh fīk
اللّٰهُ
يُبَارِكُ فِيْكَ
Allāh yubārik fīk
Semoga
Allah memberkati.
5) أ :
جَمِيْلٌ، صَوْتُكَ مُمْتِعٌ، بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكَ
jamīl,
shautuk mumti'. bārakaLlāh fīk.
Indah
sekali. Suara Engkau merdu. Semoga Allah memberkati.
6) ب :
وَفِيْكَ بَارَكَ اللّٰهُ
wafīk bārakaLlāh
Semoga
Allah memberkati Engkau juga.
7) أ :
عَظِيْمٌ، أَنْتَ طَالِبٌ مَاهِرٌ، بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكَ
8) 'azhīm, anta
thālib māhir, bārakaLlāh fīk
Hebat! Engkau memang siswa yg cerdas.
Semoga Allah memberkati.
9) ب : اللّٰهُ يُبَارِكُ فِيْكَ
Allāh yubārik fīk
Semoga Allah memberkati Engkau juga.
10) أ : نِعْمَ الشَّرِيْكُ أَنْتَ
ni'ma sysyarīk ant
Kamu memang teman terbaik.
11) ب : حَيَّاكَ اللّٰهُ
hayyākaLlāh
Semoga Allah memuliakan Engkau
12) مُمْتَازٌ
mumtāz
excellent/istimewa
13) جَيِّدٌ جِدًّ
jayyid jiddan
amat baik
14) جَيِّدٌ
jayyid
baik
15) مَقْبُوْلٌ
maqbūl
cukup
16) نَاجِحٌ
nājih
lulus
17) رَاسِبٌ
rāsib
tidak lulus
Pelajaran ke 2
Permisi dan Minta Ijin اَلْإِسْتِئْذَان
Dalam pertemuan ini kita Belajar
bahasa Arab percakapan dasar ini, kita belajar bagaimana cara meminta ijin atau
permisi dalam bahasa Arab dan juga cara menjawab atau memberi respons.
Arti |
Jawab |
Arti |
Tanya |
Tentu, silahkan |
بِالتَّأكِيْد |
Permisi .. |
اِسْمَحْ لِي ، مِنْ فَضْلِك |
Tentu, silahkan |
مُؤَكِّد |
Permisi .. |
اِسْمَحْ لِي |
Tentu, silahkan |
بِكُلِّ
تَأكِيْد |
Ijinkan saya … |
أَتَأذَنُ لِي …؟ |
Tentu |
طَبْعًا |
Ijinkan saya … |
أَتَسْمَحُ لِي ..؟ |
Silahkan |
تَفَضَّلْ |
Bolehkah saya untuk masuk? |
أَتَسْمَحُ لِي بِالدُّخُوْلِ ..؟ |
Dengan senang hati |
بِكُلِّ
سُرُوْر |
||
Silahkan |
تَفَضَّلْ |
Bolehkah saya masuk? |
هَلْ لِي أَنْ …أَدْخُل ؟ |
Tidak sama sekali |
لاَ
طَبْعًا |
Apakah anda keberatan apabila saya masuk? |
أَلَدَيْكَ مَانِعٌ اِنْ كُنْتُ
دَاخِلًا ….. ؟ |
Tidak keberatan sama sekali |
اَبَدًا
اِطْلَاقًا |
||
Sedikitpun tidak keberatan |
اَبَدًا |
||
Tentu |
بِالتَأْكِيْد |
Bolehkah saya masuk? |
أَتَسْمَحُ لِي بِالدُخُوْل ؟ |
Dengan senang hati |
بِكُلِّ
سُرُوْر |
Bolehkan saya berkumpul dengan anda semua? |
أَتَسْمَحُوْنَ لِي بِالْاِنْضِمَامِ
اِلَيْكُمْ ؟ |
Silahkan |
تَفَضَّلْ |
Permisi |
مِنْ فَضْلِك |
Permisi /maaf |
اَلْمَعْذِرَة |
Penting:
Ungkapan yang
memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia di atas bisa dipakai salah satunya dalam
praktik sehari-hari. Namun bagi pelajar tetap harus dihafal semuanya agar siap
memberi salam dan jawaban yang baik dan bervariasi. Sapaan dan Respons /
jawaban bisa diberikan secara random.
PELAJARA
KE 3
(فعل الأمر
/فعل النهي)
Kata perintah (fi'il amr/فعل الأمر)
dan kata larang (fi'il nahyi/فعل النهي)
Penjelasan fi'il amr telah saya jelaskan secara rinci pada postingan saya
sebelumnya, silakan baca di sini:
Pengertian Fi'il 'amr dalam
Bahasa Arab
Keterangan:
- Positive command = kata perintah = الأَمْرُ
- Negative command = kata larangan = النَّهْيُ
Contoh kata
perintah (Fi'il 'Amr):
- Bacalah!
- Tulislah!
Contoh kata
larangan (Fi'il Nahyi):
- Jangan
pergi!
- Jangan
takut!
Langkah
mengolah fi'il mudhari (kata kerja yang sedang/akan dilakukan) menjadi
fi'il 'amr (kata perintah)
Biasanya kata perintah ialah kata yang kita sampaikan untuk
memerintah/menyuruh orang kedua (lawan bicara kita). maka dari itu
patokannya ialah orang kedua (kamu atau أَنْتَ)
Inilah
tahapan mengganti fi'il mudhori menjadi fi'il amr
Contoh kata:
تَكْتُبُ 'kamu sedang menulis'
1. Ubah format fi'il mudhari di atas menjadi majzum (berharakat sukun di
akhir katanya).
----> تَكْتُــبْ
2. Hapus huruf mudhaari' (dalam bentuk ini huruf mudhorinya
ialah huruf ت yang menunjukan arti
'kamu')
تَــكْتُبْ ----> كْتُبْ
3. Tambah هَمْزَةُ الوَصْلِ (hamzah washal) di
depan kata, beri harakat sesuai 'ain fi'ilnya (atau huruf tengahnya, pada kata
di atas huruf tengahnya adalah تُ berharokat dhommah).
----> اُكْتُبْ
Contoh lain penerapan mengolah fi'il mudhori ke dalam
format fi'il amr
Kata yang dipakai sebagai contoh ialah "Kamu sedang
membaca" yang bahasa arabnya ialah تَقْرَأُ
(taqra'u).
Untuk mengolah menjadi fi'il amr => kerjakanlah! yakni dengan
melakukan tahapan yang telah diterangkan di atas, yaitu:
1. Jazm kan fi'il tersebut menjadi taqro => تَقْرَأْ
2. Hapus huruf mudhari, yaitu huruf ta,menjadi => قْرَأْ
3. Tambah hamzah washl di depan kata dan beri harakat default yakni
kasrah, menjadi
=> اِقْرَأْ
Setelah melihat daftar tambahan, saya harap sobat memahami untuk
mengolah untuk bentuk lain, laksana تَفْعَلاَنِ
, تَفْعَلُوْنَ , dan seterusnya.
Tashrif fi'il
amr
أنتَ اِفْعَلْ
أنتما اِفْعَلَا
أنتم اِفْعَلُوْا
أنتِ اِفْعَلِيْ
أنتما اِفْعَلَا
أنتن اِفْعَلْنَ
Langkah
mengolah fi'il mudhari menjadi fi'il nahyi (نهي)
Langkahnya nyaris sama dengan fi'il amr, yaitu:
1. Jazm kan fi'il mudhaari' yang berdhomir انْتَ,
contoh:
تَكْتُبُ ---> تَكْتُبْ
2. Tambahkan kata larangan (لا) atau laa an-nahiyah
di mula kata.
لاَ تَكْتُبْ 'Jangan menulis'
Contoh
penerapan mengolah fi'il ke kata larangan
Kata yang dipakai ialah sama dengan misal di atas yakni تَفْعَلُ yang dengan kata lain kamu
mengerjakan.
Kata di atas akan diolah menjadi kata larangan, yaitu 'jangan
lakukan!' , tahapannya adalah:
1. taf'alu (fi'il mudhori) di jazm, menjadi => تَفْعَلْ
2. Tambah di mula kata dengan kata laa an-nahiyah, menjadi
=> لاَ تَفْعَلْ
= laa taf'al
Tashrif fi'il
an-nahyi
أنتَ لاَ
تَفْعَلْ
أنتما لاَ تَفْعَلاَ
أنتم لاَ تَفْعَلُوْا
أنتِ لاَ تَفْعَلِيْ
أنتما لاَ تَفْعَلاَ
أنتن لاَ تَفْعَلْنَ
Catatan
ekstra untuk harakat fi'il amr
Telah disebutkan di atas bahwa defaultnya hamzah washl berharakat kasrah,
sebab kebanyakan misal fi'il mudhari di atas "ع" berharakat fat-hah.
Contohnya= سَمِعَ - يَسْمَعُ
Oleh sebab م berharakat fat-hah,
maka hamzah washl berharakat kasrah, sampai-sampai menjadi اِسْمَعْ = isma'
Sekarang, ada ekstra informasi bahwa harakat hamzah washl tersebut
tergantung harakat "ع".
- Jika harakat "ع" pada fi'il
mudharinya dhammah, maka harakat hamzah washl tersebut dhammah.
Contoh = نَصَرَ - يَنْصُرُ = nashara - yanshuru.
Di sini "ع" pada fi'il
mudharinya berharakat dhammah (صً), sampai-sampai
amr nya menjadi => اُنْصُرْ = unshur
- Jika harakat "ع" pada fi'il
mudharinya kasrah, maka harakat hamzah washl nya ialah kasrah.
Contoh = ضَرَبَ - يَضْرِبُ = dharaba - yadhribu
Di sini "ع" nya berharakat
kasrah, maka hamzah washl nya berharakat kasrah pula, sampai-sampai fi'il
amr nya menjadi => اِضْرِبْ = idhrib
Demikian penjelasan tentang fi'il amr dan fi'il nahyi, semoga semakin
memahamkan sobat dalam belajar bahasa Arab yaa. Selamat belajar. :)
PELAJARAN KE
4
Fi’il Amar dan
Fi’il Nahi Dalam al-Qur'an
1. Pengertian Amar
Lafaz Amar
secara bahasa الامر yang berarti perintah atau suruhan. Amar adalah kebalikan
dari Nahi yaitu yang berarti larangan. Sedangkan secara istilah, para ulama
banyak yang mendefinisikan Amar tersebut diantaranya:
Amar
adalah suatu lafaz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi derajatnya
kepada orang yang lebih rendah untuk meminta bawahannya mengerjakan suatu
pekerjaan yang tidak boleh ditolak.[1]
Amar
adalah suatu lafaz yang digunakan oleh seorang atasan meminta untuk melakukan
suatu pekerjaan kepada bawahannya.[2]
Amar
adalah suatu lafaz yang digunakan oleh seorang untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, dan oang menyuruh itu lebih tinggi kedudukannya daripada orang yang
disuruhnya.[3]
Berdasarkan
beberapa definisi amar tersebut dapat kita simpulkan adalah lafaz amar yaitu
suatu lafaz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi derajatnya kepada
orang yang lebih rendah untuk meminta bawahannya mengerjakan suatu pekerjaan
yang harus dikerjakannya.
2. Pengertian Nahi
Lafaz nahi secara bahasa adalah النهي yang berarti larangan.[4] Sedangkan
menurut istilah para ulama mendefinisikan nahi sebagai berikut:
Nahi
adalah tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih
tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya.[5]
Nahi
adalah suatu lafaz yang digunakan untuk meninggalkan suatu perbuatan.[6]
Nahi
adalah suatu lafaz yang digunakan oleh seseorang yang tinggi tingkatannya
kepada yang rendah tingkatannya untuk meninggalkan suatu pekerjaan.[7]
Jadi, Nahi
adalah suatu lafaz yang mengandung makna tuntutan meninggalkan sesuatu
perbuatan. Nahi yaitu larangan, meninggalkan suatu perbuatan yang dilarang
untuk melakukannya.
B. Bentuk-bentuk Amar dan Nahi
1. Bentuk-Bentuk Lafaz Amar
Lafaz yang menunjukkan kepada amar atau perintah tersebut mempunyai beberapa
bentuk diantaranya:
a.
Fiil Amar, seperti[8]:
وَآتُواْ
النَّسَاء صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً -٤
Artinya:”Dan
berikanlah mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan (Q.S.An-Nisa’:4)
b.
Fiil Mudhari’ yang diawali oleh لام الامر seperti:
وَلْتَكُن
مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ -١٠٤
Artinya:”Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan
(Q.S.Ali Imran:104)
c.
Masdar pengganti Fi’il, seperti:
وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَاناً -٨٣
Artinya:”Dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak (Q.S.Al-Baqarah:83)
d.
Lafaz yang mengandung makna perintah seperti, امر, كتب, فرض dan sebagainya, contohnya[9]:
-Menggunakan
lafaz faradha:
قَدْ
عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً
رَّحِيماً -٥٠
Artinya:”Sungguh
kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri
mereka (Q.S.Al-Ahzab:50)
-Menggunakan
lafaz kutiba:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ -١٨٣
Artinya:”Wahai
orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa (Q.S.Al-Baqarah:183)
-Menggunakan
lafaz amara:
إنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى
أَهْلِهَا -٥٨
Artinya:
“Sesungguhnya Allah memerntahkanmu untuk menyampaikan amanah (Q.S.An-Nisa’:58)
2. Bentuk-Bentuk Lafaz
Nahi
Ungkapan yang menunjukkan kepada lafaz Nahi itu ada beberapa bentuk yaitu:
a.
Fiil Mudhari’ yang disertai dengan La Nahiyah,seperti:
لاَ
تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ -١١
b.
Lafaz-lafaz yang memberikan pengertian haram atau perintah untuk meninggalkan
sesuatu perbuatan, seperti:
وَأَحَلَّ
اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا -٢٧٥
3. Kaidah Amar dan Nahi
1. AMR adalah permintaan melakukan
suatu pekerjaan dari yang lebih tinggi derajatnya kepada yang lebih rendah
derajatnya. Dalam AMR terdapat beberapa kaidah yaitu :
I. الأصل فى الامر للوجوب الا ما دلّ الدليل
على خلافه
“Asal dalam
perintah itu hukumnya wajib kecuali terdapat dalil yang menjelaskan tentang
perbedaannya” seperti firman Allah Swt :
واقيموا الصلاة واتوا الزكاة
" Dan
dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat !" (QS. an-Nisa : 77)
II. الأصل فى الأمر لا يقتضى التكرار الا ما دلّ الدليل على خلافه
“Asal
dalam perintah itu tidak mesti diulangi kecuali terdapat dalil yang menjelaskan
tentang perbedaannya” seperti firman Allah Swt :
واتموا الحج والعمرة لله ج
" Dan
sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah Karena Allah. " (QS.
al-Baqarah : 196)
III. الاصل فى الامر لا يقتضى الفور. لان الغرض منه
ايجاد الفعل من غير اختصاص بالزمن الاول دون الزمن الثاني
“Asal dalam
perintah itu tidak mesti spontan” karena sesungguhnya tujuan yang diminta
adalah melaksanakan perintah dengan tidak menentukan waktu pelaksanaannya pada
masa awal bukan pada masa kedua.
IV. الامر بالشيء امر بوسائله
“Memerintah
sesuatu berarti juga memerintah melaksanakan wasilah (perantara)
nya,”
Misalnya :
perintah melaksanakan sholat juga berarti perintah untuk bersuci sebelum
sholat, karena sholat tidak sah jika tidak bersuci.
V. الامر بالشيء نهي عن ضده
“Memerintah
sesuatu berarti juga melarang yang berlawanan dengan sesuatu itu”
seperti firman
Allah Swt :
و قولوا للناس حسنا
"Dan
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia," (QS. Al-Baqarah :
83)
Perintah
untuk mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia berarti larangan
untuk mengucapkan kata-kata yang tidak baik.
VI. اذا فُعِل المأمور به على وجهه يخرج المأمور عن
عهدة الامر. فاذا عدم الشخص الماء فتيمم فصلي خرج عن عهدة الامر. فلا قضاء عليه
اذا وجد الماء
“Jika apa
yang diperintahkan telah dilakukan, maka orang yang diperintah telah keluar
dari tanggungan perintah itu.”
Misalnya :
jika seseorang dengan tidak adanya air ia bertayammum dan melaksanakan sholat,
maka tidak mesti melakukan qadha sholat jika ia telah menemukan air.
VII. القضاء بامر جديد
“ Pelaksanaan
atas perintah / perkara baru” Seperti hadis A’isyah RA :
“Kami
diperintahkan untuk mengganti puasa dan tidak diperintahkan untuk mengganti
sholat (HR. Bukhori).”
VIII. الامر المتعلق على الإسم يقتضى الإقتصار
على أوله
Contohnya
seperti perintah rukuk dengan Thuma’ninah
IX. الأمر بعد النهي يفيد الإباحة
Contohnya
seperti larangan nabi menziarahi kubur / makam
2. NAHY adalah permintaan meninggalkan
pekerjaan dari yang lebih tinggi derajatnya kepada yang lebih rendah
derajatnya. Dalam NAHY terdapat beberapa kaidah yaitu
:
I. الاصل فى النهي للتحريم الا ما دل الدليل علي
خلافه قال تعالى
“Asal dalam
larangan itu hukumnya haram kecuali terdapat dalil yang menjelaskan tentang
perbedaannya” Seperti firman Allah Swt :
ولا تفسدوا فى الارض بعد اصلاحه
"Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya." (QS. Al-A'raaf : 56).
II. النهي عن الشيء امربضده
“Melarang
sesuatu berarti juga memerintah yang berlawanan dengan sesuatu itu”
Seperti firman Allah Swt :
ولا تاكلوا اموالكم بينكم بالباطل
"Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil." (QS. Al-Baqarah : 188).
III. الاصل في النهي يدل على فساد المنهي عنه فى
العبادة.
“Asal dalam
larangan itu menunjukkan pada kerusakan perkara yang dilarangnya dalam
beribadah.”
كصلاة الحائض وصومها
Seperti
sholat dan berpuasanyanya orang yang sedang haidh.
IV. النهي يدل على فساد المنهي عنه فى المعاملات اِنْ
رجع النهي الي نفس العقد كما فى بيع الحصاة.
“Larangan itu menunjukkan pada kerusakan perkara yang
dilarangnya dalam bermu’amalah jika larangan itu merujuk pada dzatnya akad.”
نهي صلي الله عليه وسلم عن بيع الحصاة رواه مسلم.
seperti
dilarangnya jual beli kerikil. Sebagaimana sabda Nabi Saw. “Nabi Saw telah melarang
Melakukan jual beli kerikil.” (HR. Muslim) 5.
"
V. ان رجع الى امر خارج عن العقد غير لازم فلا. كما
فى البيع وقت نداء الجمعة
Jika larangan
itu merujuk pada perkara yang keluar dari bentuk akad yang tidak lazim maka
tidaklah menjadi batal" Seperti
pada bentuk jual beli di saat adzan sholat Jum’at, firman Allah Swt :
إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا الى
ذكر الله وذروا البيع ج
"Apabila
diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli." (QS. Al-Jumu'ah : 9(
Hal itu
karena akan mengganggu dalam usaha melakukan kewajiban sholat Jum’at, dan
gangguan itu ada ketika terjadi proses jual beli dan lainnya termasuk juga jika
makan.
I. Kesimpulan
Hakikat
pengertian amr (perintah) adalah lafaz yang dikehendaki supaya orang
mengerjakan apa yang dimaksudkan. Bentuk lafaz amar bermacam-macam diantaranya,
fiil amar, fiil mudhari’ yang diawali lam amar, masdar pengganti fiil, dan
beberapa lafaz yang mengandung makna perintah seperti, kutiba, amara, faradha.
Kaidah-kaidah amar dalam Al-Qur’an yaitu seperti kaidah pertama seperti pada
dasarnya amar (perintah) itu menunjukkan kepada wajib dan tidak menunjukkan
kepada selain wajib kecuali dengan qarinah-qarinah tersebut. Qarinah-qarinah
tersebut seperti ibahah, nadb, irsyad, tahdid, ta’jiz yang memalingkan makna
asalnya yaitu wajib.
Kaidah kedua amar adalah Amr atau perintah terhadap sesuatu berarti larangan
akan kebalikannya. Kaidah ketiga amar yaitu perintah itu menghendaki segera
dilaksanakan kecuali ada qarinah-qarinah tertentu yang menyatakan jika suatu
perbuatan tersebut tidak segera dilaksanakan. Kaidah keempat adalah Pada
dasarnya perintah itu tidak menghendaki pengulangan ( berkali-kali mengerjakan
perintah), kecuali adanya qarinah atau kalimat yang menunjukkan kepada
pengulangan. Para ulama mengelompokkan menjadi 3 perintah tersebut
dikaitkan dengan syarat, perintah dikaitkan dengan illat, perintah dikaitkan
dengan sifat atau keadaan yang bersifat illat.
Sedangkan Nahi adalah suatu lafaz yang mengandung makna tuntutan meninggalkan
sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang
yang lebih rendah tingkatannya. Bentuknya yaitu fiil yang didahului oleh la
nahiyah, beberapa lafaz yang mengandung makna nahi. Kaidah nahi yaitu pada
dasarnya larangan itu menunjukkan kepada haram kecuali ada qarinah-qarinah
tertentu. Pada dasarnya larangan itu menghendaki fasad ( rusak) secara mutlak.
Pada dasarnya larangan yang mutlak menghendaki pengulangan larangan dalam
setiap waktu. Bagi para mufassir sangat penting untuk mengetahui kaidah-kaidah
tersebut karena memudahkan dalam menafsirkan Al-Quran terutama ayat-ayat yang
berhubungan dengan penggalian suatu hukum.
0 komentar:
Posting Komentar